Obat Tidur dan Pengaruhnya terhadap Tubuh

Menurut London’s Parliamentary Office of Science & Technology (POST, 2018), tidur dapat dipengaruhi oleh kondisi fisik, mental, serta faktor sosial dan lingkungan. Karena tidak semua orang memiliki kondisi yang sama, maka ada beberapa dari mereka yang tidak dapat tidur dengan nyenyak. Hal ini disebabkan karena adanya gangguan tidur yang berasal dari keempat faktor di atas.

Salah satu cara untuk mengatasi gangguan tidur adalah dengan mengkonsumsi obat tidur. Secara khusus, obat tidur dapat mengobati gangguan tidur yang disebabkan oleh kondisi fisik maupun mental.

Sayangnya, obat tidur tidak boleh dikonsumsi secara sembarangan. Karena efek samping yang ditimbulkan, penggunaan obat tidur harus dilakukan dalam pengawasan dokter. Berikut adalah segala hal yang perlu diketahui terkait obat tidur.

Zat yang Terkandung dalam Obat Tidur

Image Source: Freepik

Zat yang terkandung dalam obat tidur adalah hypno-sedative (benzodiazepine atau non-benzodiazepine). Zat ini sudah lazim digunakan untuk mengobati gangguan tidur, baik oleh orang dewasa maupun anak-anak.

Seiring berjalannya waktu, zat-zat yang digunakan untuk mengatasi gangguan tidur pun berkembang. Kandungan melatonin, clonidine, dan antihistamin sudah sering ditemui di berbagai obat tidur (Khan et al. 2013).

Beberapa obat tidur bisa didapatkan tanpa resep dokter, tapi sebagian besar harus disertai dengan resep dokter. Beberapa jenis obat tidur yang sering diresepkan oleh dokter adalah benzodiazepin (temazepam), lunesta (eszopiclone), dan ramelteon (rozerem).

Biasanya, dokter akan memberikan obat dengan efek samping yang minim ke pasiennya. Sebagai peringatan, jangan sekali-kali mendiagnosa diri sendiri melalui internet, lalu membeli obat tersebut tanpa anjuran dokter. Tidak ada yang lebih baik dalam urusan medis selain dokter.

Gangguan tidur yang Dapat Diatasi

Image Source: Freepik

Gangguan tidur terjadi karena rendahnya kualitas tidur yang menyebabkan rasa kantuk berlebihan, maupun gangguan fungsi tubuh. Salah satu gangguan tidur yang paling sering dialami seseorang adalah insomnia. Secara umum, insomnia adalah gangguan yang menyebabkan seseorang sulit tidur dan mempengaruhi nyenyak atau tidaknya waktu tidur.

Obat tidur membuat seseorang lebih mudah terlelap dengan waktu yang cukup. Berdasarkan pengamatan dalam analisis Kripke (2013), mereka yang mengkonsumsi 21 pil obat tidur per bulan (1 pil per hari) memiliki waktu tidur normal (8 jam). Berdasarkan analisis tersebut, dapat disimpulkan bahwa obat tidur cukup efektif dalam mengatasi gangguan tidur, terutama insomnia.

Namun terkadang, gangguan tidur yang dialami seseorang tidak hanya berasal dari insomnia semata. Sulit tidur kerap kali disebabkan oleh gangguan lain seperti depresi, apnea tidur, atau rasa sakit di bagian tubuh tertentu. Gangguan-gangguan tersebut tidak dapat diobati hanya dengan obat tidur.

Efek Samping dari Obat Tidur

Image Source: Freepik

Meskipun obat tidur cukup efektif dalam meredakan gangguan tidur, tapi obat ini memiliki efek samping yang cukup berbahaya. Dikutip dari Addiction Center (2020), obat tidur dapat menimbulkan efek samping ringan seperti pusing, mulut kering, dan rasa kantuk di siang hari.

Efek samping yang cukup berat dari obat tidur meliputi gangguan pernafasan, gangguan pergerakan tubuh, hingga ketergantungan obat. Efek samping ini biasanya terjadi pada jenis-jenis obat tidur yang wajib disertai oleh resep dokter (terdapat lingkaran merah pada obat).

Apa yang Terjadi jika Ketergantungan?

Image Source: Freepik

Efektivitas obat tidur dapat berkurang jika dikonsumsi secara terus menerus. Berawal dari dosis kecil, seseorang bisa menambah jumlah obat tidur yang dikonsumsi agar dapat tertidur dengan tenang. Mereka yang sudah kecanduan obat tidur biasanya tidak bisa tidur tanpa bantuan obat. Oleh karena itu, pengawasan dokter sangat dianjurkan.

Beberapa obat tidur, terutama yang mengandung anti-depresan, dapat menyebabkan rasa nyaman. Perasaan inilah yang sering disalahgunakan oleh sebagian pengguna obat tidur. Mereka ingin terus merasa nyaman, tanpa peduli apakah obat tidur tersebut dapat merusak tubuh atau tidak. Lantas, apa yang harus dilakukan ketika sudah kecanduan obat tidur?

Menurut Addiction Center (2020), rehabilitasi adalah salah satu cara yang paling tepat dalam mengatasi ketergantungan obat tidur. Tergantung dari seberapa parah tingkat candunya, rehabilitasi dapat dilakukan dengan rawat jalan atau rawat inap. Rawat inap akan diterapkan ke mereka yang memiliki tingkat kecanduan yang tinggi.

Gunakan Obat Tidur dengan Tepat

Image Source: Freepik

Meskipun obat tidur memiliki efek samping yang berbahaya, penggunaannya tetap dapat dikontrol. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah, dosis, kandungan obat, serta saran dari dokter. Dosis sebuah obat tidur biasanya tergantung dari seberapa parah gangguan tidur yang dialami, serta kandungan hypno-sedative pada obat tidur tersebut.

Waktu yang tepat untuk mengkonsumsi obat tidur adalah beberapa saat sebelum tidur. Dengan begitu, obat akan langsung bekerja dan menyebabkan rasa kantuk. Efek dari obat tidur biasanya akan membuat seseorang terlelap selama 7 sampai 8 jam. Usahakan untuk tidak mengkonsumsi obat tidur di luar waktu tidur, karena rasa kantuk yang disebabkan dapat mengganggu aktivitas sehari-hari.

Mendukung Efektivitas Obat Tidur

Image Source: Freepik

Agar efektivitas obat tidur lebih maksimal, ada beberapa hal yang bisa dilakukan. Pertama, buat suasana ruangan menjadi senyaman mungkin. Dekorasi seperti lampu tidur dan humidifier bisa membuat tubuh semakin rileks.

Kenyamanan ruangan merupakan faktor eksternal yang mampu memicu tubuh untuk lebih cepat terlelap. Rangsangan eksternal yang didukung dengan rangsangan internal dari obat tidur dapat mengatasi kesulitan tidur.

Melakukan olahraga dan aktivitas berat di siang hari juga dapat mengurangi energi pada tubuh. Reaksi alami tubuh ketika lelah adalah istirahat atau tidur. Jadi, dengan mengatur waktu kegiatan olahraga dan aktivitas lainnya dengan tepat, tubuh akan terasa lelah pada jam tidur yang diinginkan.

Jika semua faktor di atas sudah diketahui, maka bagian penting yang harus dilakukan adalah mengikuti dosis yang diberikan oleh dokter. Jangan sekali-kali menambah dosis atau mengkonsumsi obat tidur di luar jam yang telah dianjurkan. Apabila efektivitas obat tidur mulai menurun, segera hubungi dokter untuk penanganan lebih lanjut.


Sources:
F. Kripke, Daniel. Surprising View of Insomnia and Sleeping Pills. Scripps Clinic Viterbi Family Sleep Center, La Jolla, CA. 2013.
Khan et al. Sleeping Pills and Quality of Wake Time: The Missing Link. Journal of Sleep Disorders & Therapy 2013, 2:6.
London’s Parliamentary Office of Science & Technology. Sleep and Health. PostNote Number 585. September, 2018.
Addiction Center. Sign of Sleeping Pills Abuse. Juni, 2020. https://www.addictioncenter.com/sleeping-pills/symptoms-signs/
WebMD Medical Reference. Drugs to Treat Insomnia. Januari, 2020. https://www.webmd.com/sleep-disorders/insomnia-medications
Thomas M. Hefron. When to Take a Sleeping Pill for Insomnia. Sleep Education. Augustus, 2013. http://sleepeducation.org/news/2013/08/07/when-to-take-a-sleeping-pill-for-insomnia